Di Balik Senyum Lebar Pak Eko
Oleh: Lailatul Badriatus Sofa
Surabaya sembilan
Juli 2018. Awal kehidupan Pak Eko awal nya tak seperti ini, tak sebewarna –warni
pelangi yang datang setelah hujan pergi.
Surabaya empat November 2017
adzan dzhuhur berkumandang undangan pertemuan dari sang semesta sudah
teredarkan
“Nak Eko, mari sholat
berjama’ah besama ibu” Ajak seorang perempuan paruh baya
“Ngapain sholat,
orang sholat loh yo ndak dapat bingkisan kok” Jawab nya dengan santai
“Ya allah, Nak apa
yang kamu ucapkan?” Tanya nya lagi
“Diam, gak usah bayak tanya, udah tua juga
ingat liang lahat sono” jawab nya
“Istighfar nak” Pinta
nya
“Diam” Jawab nya
sembari menambah emosional nya karna gerang atas kelakuan sang Ibu
Surabaya pagi. Pasar
tradisional Surabaya
“Bos pasar sudah
lumayan sepi” Tutur salah satu preman
“Jalankan” seruh
preman
“Baik Bos” Jawab nya
Bruk.
keranjang
sayur-sayuran dan buah-buahan yang sudah tertata rapi kini lebur sudah
berantakan tak karuan. Sebab ulah para preman-preman yang tak punya fikiran
sehat sedikitpun
“Ayo setor uang”
Bentak salah satu preman
Suaranya sangat
melengking sekali di telinga para pedagang dan sisa para pengunjung pasar
“Ayo mana setoranmu”
Malak salah satu preman kepada pedagang
“Maaf, Bang hari ini
dagangan saya sepi” Jawab nya gemetar sebab ketakutan
“Saya gak mau
mendengar alasan apapun!” Paksa nya lagi “Sekarang juga mana?” Pinta nya lagi
“Hasilnya, sedikit
Bang saya butuh di rumah anak saya sedang sakit Bang” Tutur nya lagi
“Akhh, terserah kamu
itu. Itu bukan urusan saya” Bentak nya lagi “Pokok nya setor uang sekarang atau
gimana kalu kios kamu aja yang saya bakar?” Ucap nya lagi
“Iya, Bang baik ini
uang nya” Ucap pedagang dengan pasrah
“Ha, gitu donk” Ucap
nya bahagia dengan puas sembari berlalu dari tempat menuju ke pintu keluar
“Lumayan, Bos hasil
kita hari ini” Ujar salah satu preman sembari mengulurkan tangan nya yang sudah
di penuhi oleh uang-uang hasil malak tadi
“Hasil apa ini?
Sedikit sekali kerja macam apa kalian?” Bentak Bos preman itu
“Maaf Bos emang
segitu hasil yang kita dapat, sudah kita pungut semua tapi ada emat atau lima
kios yang tertutup” jelas preman panjang lebar
“Terserah kalian lah, saya gak mau tahu
tentang itu poko inti nya sekarang bagaimana caranya hasil ini harus maksimal”
Paksa Bos preman dengan nada kelicikan nya agar apa yang ia harapkan
terwujudkan
Sebuah harapan agar
dapat memiliki uang semaksimal mungkin hari ini karena sang Bos ingin membeli
beberapa obat-obatan terlarang.
“Nah
itu dia, kalian lihat? Ucup dicinta ulapun tiba” Ucap Bos preman sembari
menunjuk sebuah mobil yang terparkir cantik di sebrang jalan jarak 500 meter
dari para komplotan preman tersebut
“Apakah kalian
melihat ada apa di sebrang jalan sana?” Tanya Bos preman
“Iya bos kita melihat
nya” Jawab salah satu preman yang menyadari akan apa yang di maksud oleh bos
nya. Mobil pajero sprot berwarna putih yang terparkir cantik di sebrang sana
“Baik kalian sudah
tahu bukan, apa yang harus kalian lakukan sekarang” ucap nya
“Baik bos” jawab
mereka serentak
“Baik jalankan” seruh
Bos preman
“Laksanakan”
Tanpa hitunganpun
mereka sudah berjalan menuju tempat yang sempat mereka musyawarahkan tadi.
Cerdik sekali mereka namun sayangnya mereka tergolong orang-orang licik
Dengan kecerdikan
mereka, tanpa ada peraturan pun mereka sudah bisa pandai. Aksi mereka seperti
orang yang tak kenal satu sama lain berjalan sendiri-sendiri bercerai berai
berjalan sempurna seperti umum halnya
Dok dok dok, dok dok
dok
“Banng buka Bang”
seruh salah satu preman yang sembari menggedok jendela mobil
“Buka apa minta di
bakar” Sahut ancaman dari preman lain
Jdek mobil pun
terbuka
“Sudah ku buka apa
mau kalian?” Tanya si pemilik mobil
“Serahkan kunci
mobilmu dan serahkan semua barang berharga dan semua isi dompetmu” Pinta si
preman
“Baik jika itu mau
kalian” Jawabnya pasrah
“Mana buruan
serahkan!” Paksanya lagi
“Tapi dengan satu
syarat”
“Gak usah basa-basi
pakek syarat-syaratan segala” Bentak salah satu preman
“Baik apa syarat
nya?” Tanya preman lain
“Cukup temukan saya
dengan atasan kalian”
“Untuk apa?” Tanyanya
“Hanya sekedar ingin
bertemu” Jawabnya singkat “Saya berjanji jika kalian menemukan saya dengan nya
saya akan memberi kalian lebih dari ini” Tawarnya lagi
“Oke, tunggu
sebentar, tapi kau harus berjanji pula kau tak oleh berbuat aneh-aneh dan tidak
boleh melarikan diri” Ucap nya
“Baik, tunggu
sebentar” Ucap nya sembari membuka bagasi mobil untuk mengambil barang “Ini
kalian pegang jika kalian tak mempercayaiku” Ucapnya sembari menyodorkan pistol
“Kalian bisa meluncurkan isi peluru tersebut kepada ku, masih banyak itu isi
peluru didalam” Ucapnya lagi
“Siapa kau sebenarnya?,
polisi atau semacamnya?” Tanya salah satu preman yang berada pas di belakang
san pemilik mobil “Jawab juujur atau pisau ini yang akan menghantarkan senyuman
terakhirmu pada malaikat” Ancamnya
“Tenang saja, aku
sama seperti kalian penduduk biasa negara indonesia” Jawabnya santai
“Benar?”
“Sungguh, cepatlah!
Panggil atasan mu aku ingin bertemu dengannya”
Akhirnya dua orang
preman diantara mereka berlari kecil menuju sebrang jalan untuk menghampiri seorang
pria yang berdiri santai dibawah pohon cemara
“Mana hasilnya?”
“Maaf, bos dia ingin
bertemu denganmu” Jawab diantara salah satu dari mereka
“Untuk apa?”
“Dia berjanji Bos dia
akan memberi kita hartanya yang lebih dari yang ia bawa sekarang”
“Benarkah?”
“sungguh Bos”
“Tapi kalian jamin
bahwa dia bukan siapa-siapa?”
“Jamin sekali Bos,
pakaian nya saja tidak beraturan Bos sepertinya dia juga sama seperti kita Bos”
“Bos lihat saja dari
sini gimana cara dia bepakaian tidak rapi sekali bukan?” Sahut preman lain
“Baiklah jika itu mau
nya”
“Mari Bos”
Merekapun berjalan
menuju menuju pemilik mobil tersebut namun yah seperti tadi berjalan
sendiri-sendiri seperti orang tak kenal satu sama lain
“Ada perlu apa kau
mencariku?” Tanya sang Bos
“Tidak apa-apa, aku
cuman ingin tahu saja”
“Apa mau mu sekarang,
aku sudah berada disini. Cepat serahkan semua hartamu”
“Baik akan aku
serahkan sebagian saja”
“Apa kau bilang?”
Tanyanya gerang karna merasa dibohongi “Kau tadi bilang akan memberi kita
lebih!”
“Aku akan memberi mu
semua duniaku jika kamu bisa mengalahkan ku!” Tantang pemilik mobil dengan
santai “Bagaimana? Mau atau tidak?”
“Baik berupa apa
tantanganmu?”
“Tidak perlu
tantangan yang besar-besar, cukup balap montor saja bagaimana?”
“Baiklah” Jawab Bos
preman “Kapan kita bisa memulai?”
“Besok malam, di
jalan kenjeran”
“Ok saya tunggu”
“Jam 19.30 WIB”
“Baik”
“Jika kau yang
menjadi pemenang, semua dunia milikku boleh kau ambil semuanya, tapi jika aku
yang menjadi pemenangnya kau dan anak-anak buah mu harus ikut bersamaku” Jelas
sang pemilik mobil “Bagaimana?”
“Ok, saya ikuti
aturan main mu”
“Baik ini seperti
janji saya kepada kalian semua” ucap sang pemilik mobil sembari menyodorkan
uang “Saya tidak bisa lama-lama, saya ada urusan pribadi, sampai ketemu besok
malam. Assalamualaikum”
“Iya hati-hati di
jalan” Jawab sang Bos
Sang bos pun berfikir
dalam diam nya. Siapa pria itu tadi yang mengajak bertemu kemudian mengajaknya
bertanding. Pria yang berambut ikal dengan gelungan karet dan berbadan sigap
Surabaya malam suara
adzan isya’ sudah berkumandang, ajakan tuhan untuk ciptaannya mendekatkan diri
terhadapnya
Tok tok tok
“Nak Eko, apakah nak
Eko ndak mau berjama’ah dengan ibu” Ajak wanita paruh baya
“Diamlah si tua aku
lelah sekali hari ini”
“Kapan kau akan sadar
nak?” Ucap sang ibu lagi
“Hei, keparat sekali
lagi diam” Teriak Eko dari dalam kamarnya
“Semoga kasih sayang
tuhan selalu membersamai mu” Ucapnya lagi
“Dasar si tua bau
tanah”
Sang Bos preman pun
masih berfikir keras, atas siapa pria tadi pagi itu sampai terbawa lelap hingga
tetidur
Surabaya pagi lampu
alam sudah hadir kembali menggantikan sang lilin malam yang kini telah pergi
cahaya lampu alam yang menyela-nyela masuk kedalam ruangan kubus yang berukuran
20X5 persegi lolos masuk kedalamnya sehingga datangnya menggangu seorang mahluk
hidup yang berakal didalamnya
“Ya ampun, sudah jam
berapa ini? sepertinya terlalu kesiangan ini yang bangun” Ucapnya sembari
bergegas dari tempat tidurnya hendak menuju kamar mandi untuk menyegarkan
badannya
“Hei si tua dimana
kamu? Aku lapar saat ini, dimana meja makanan gak ada makanan sama sekali lagi”
Ocehnya
Tak ada jawaban atas
ocehannya. Jangankan sesama tetangga kepada sang bunda nya saja dia tak pernah
punya akhlak yang indah setiap melihat nya entahlah setan mana yang saat ini
sedang bersemedi didalam dirinya. Namun setiap waktu sepertiga malam sang bunda
tak pernah letih untuk meminta kepada sang semesta agar sang malaikat hidupnya
selalu bersama dengan ridhonya
Ayahanda sudah
memberikan senyuman terakhirnya di dunia. Dua tahun lalu karna sebuah kecelakaan yang sudah semesta ciptakan
waktunya di alam ruh dulu.
“Heh, si tua dari
mana saja kau?”
“Ada apa anakku”
“Aku lapar mana di
meja makan gak ada makanan lagi!”
“Maaf sayang bunda
baru saja dari pasar”
“Gak usah banyak
bacot, buruan masak sana”
“Baiklah”
Sembari menunggu
masakan sang bunda tadi tiba-tiba Eko ingat kembali atas siapa pria kemarin
yang mengajaknya bertanding bertanya bertanya dan terus bertanya dalam diamnya
Drrt drrt drrt
Getaran telepon
genggamnya membuatnya terkejut dari lamunannya
“Iya ada apa?”
“Bagaimana Bos nanti
malam?” Tanya seorang dibalik telepon
“Emang kenapa?”
Tanyanya kembali
“sudah siapkah?”
“Tak perlu ku
tanyakan hal itu, jangan bilang kau menghubungiku hanya menanyakan hal sepeleh
itu?” Jelasnya panjang lebar
“Hehehehe, maaf Bos
aku hanya khawatir saja jika bukan kita pemenangnya”
“Apa yang kau ucapkan
itu, sudah jelaslah pasti kita pemenangnya tak perlu di ragukan lagi itu”
“Iya Bos baiklah aku
percaya”
“Yasudahlah aku
hendak sarapan ini”
“Iya Bos sampai bertemu
nanti malam” Pamit seorang dari balik telepon
“Iya” Jawabnya
singkat
Fikirannya tak
berhenti sampai disitu kini bersambung kembali ia bertanya-tanya lagi dalam
diamnya kini kian merajalela atas apa yang baru saja di ucapkan oleh anak
buahnya “Apakah kita besok akan menjadi pemenangnya Bos” berantakan sudah
fikirannya saat ini pertanyaan satu belum terjawab kini datang kembali
pertanyaan lainnya
“Ini nak sarapannya,
mari makan”
“Akhh, lama sekali
kau si tua”
“Maaf nak”
“Sudahlah, aku tak
mau banyak makan waktu hari ini aku lapar ingin makan nasi bukan ingin makan
waktu, jika kau ingin makan bersamaku berhenti berbicara” Ocehnya panjang lebar
Sang bunda tak berani
menjawabnya karna sang bunda ingin memanfaatkan waktu ini dengan baik melepas
rindu dengan malaikat kecil satu-satunya, jarang sekali mereka bisa duduk
berdua seperti ini di meja makan untuk melaksanan sarapan pagi, makan siang
hingga makan malam
“Heh si tua, aku
sudah selesai yang makan ini piring yang barusan aku pakai kau bawa kebelakang
yah” Ucapnya
“Hendak kemana kau?”
“Bukan urusan mu si
tua”
“Setidaknya”
Belum selesai sang
bunda berbicara Eko sudah menjawabnya dengan asal
“setidaknya apa hah?”
“Setidaknya aku
sebagai ibu mu tahu apa yang hendak kau lakukan”
“Sudahlah tak perlu
seperti itu, aku sudah besar si tua jadi kau tak perlu khawatir” Jelasnya “Aku
pergi dulu” Lanjutnya kembali sembari beranjak pergi dari ruang tengah menuju
pintu depan
Didalam perjalanannya
yang tak ia pahami sendiri dimana ia akan bertuju didalam fikiranya sekarang
bertanya tak henti-henti sama sekali dari tadi atas siapa pria yang kemarin ia
temui dan mengajaknya bertarung
Waktu merangkak
begitu cepat bak seorang bayi yang sudah pandai merangakak berjalan tanpa
tujuan dan tanpa ia sadari pula sehingga adzan dzuhur pun ia tak mendengarnya
berjalan terus tanpa tujuan seorang diri tanpa teman dengan pertanyaan yang tak
kunjung ia temukan jawabannya
“Hei Ko hendak kemana
kau?”
“Eh iya ini hendak
menemui teman”
“Teman? Aku baru saja
melihat mu seperti orang terhipnotis berjalan lunglai dengan banyak beban
fikiran”
“Hahaha ada-ada saja
kau ini”
“Baiklah jika begitu
aku duluan”
“Iya hati-hati
dijalan”
“Mau ikut denganku
tidak?”
“Emang hendak kemana kau?”
“berjama’ah sholat
ashar di masjid rahman”
“Oh duluan saja aku akan menyusul”
“Oh duluan saja aku akan menyusul”
“Yasudahlah
assalamualaikum”
“Iya waalaikumsalam”
Barusan ia sadari
jika jarum jam tangan yang sedari tadi melingkar ditangan nya menunjukan gambar
sudut siku-siku
“Oh tidak sedari tadi
aku berjalan tanpa tujuan hingga memakan banyak waktu” ucapnya sendiri
Setelah menyadari
atas apa yang ia lakukan baru saja akhirnya ia memutuskan untuk kembali kerumah
sudah ia tata apa saja yang akan ia lakukan setelah sampai dirumah,
membersihkan badan terlebih dahulu untuk menghilangkan rasa pening atas
pertanyaan yang tak bermutu itu
Drrrt drrt drrt
“Halo ada apa?” Tanya
Eko
“Anu bos”
“Apaan gila”
“Takut Bos”
“Takut kenapa? Kamu
preman apa banci?”
“Iya-iya Bos maaf”
“Udah ah dasar banci
gila”
Telepon pun di
akhiri, rasa gregetnya pun sudah mulai datang sebab salah satu anak buahnya
yang membuat nya ragu tak karuan
Waktu yang
ditunggu-tunggu pun sudah tiba
Surabaya malam 19.30
WIB Jalan kenjeran sudah ramai atas penonton yang lain, pria sang pemilik mobil
itu sudah datang lebih awal dari komplotan preman tak berakal sehat itu
“Hai pemuda
misterius” Sapa Bos preman
“Selamat datang untuk
pertarungan ini” jawab si pria pemilik mobil
“Sudah siap untuk
menerima kekalahan?” Tanya Bos preman dengan kesombongannya
“Apapun yang terjadi
tuhan yang mengetahuinya” Jawabnya santai
“Baik bisa kita
mulai?” Tanya Bos preman mengalihkan pembicaraan
“Baik jika itu yang
kamu inginkan” Jawab si pemilik mobil
Pertandinganpun
dimulai suara gemuruh montor dan sorak-sorak ramai dari para penonton untuk
mensuprot para pemain kepercayaan masing-masing
“Baik dengan hitungan
mundur kalian bisa menancap gas montor kalian masing-masing dengan kecepatan
penuh” Ucap pembawa acara “Baik fokus. 3 2 1” ucapnya lagi
Dengan kecapatan
tinggi masing-masing untuk berebut menjadi pemenang di taruhan malam ini.
Lengggokan demi lenggokan mereka temukan dan lewati hanya satu harapan mereka
semoga bisa mencapai apa yang mereka harapkan sebuah harapan yang ingin menjadi
pemenang dan mendapatkan banyak sorakan dan tepuk tangan
“Baik sepertinya sang
pembalap kita sudah mulai mendekat ini” Ucap sang pembawa acara “Yah baik kita
saksikan dengan seksama tinggal menghitung detik siapa yang akan menjadi
pemenang tersebut” Ucapnya lagi agak greget karna detak jantungnya yang tak
karuan aturan nafasnya
“Horeee Bang Billy
akhirnya yang menjadi pemenangnya” Ucap pembawa acara tersebut “Mana sorakan
selamat dan tepuk tangan buat Bang Billy pemenang kita yang bisa kita andalkan
di suatu hari kelak” Ucapnya lagi
Prok prok prok
Suara tepuk tangan
yang berlawanan sangat riuh sekali dan disusul dengan siulan-siulan para lelaki
yang lain
“Dengan kesepakatan
kita kemarin jika kau yang pemenang aku akan memberikan semua hidupku kepadamu
tapi jika aku yang menjadi pemenang kau dan semua anak buah mu harus ikut
bersamaku” Ucapnya si pemilik mobil panjang lebar
“Baik saya dan
kawan-kawan saya bukan komplotan orang bajingan yang tak pernah tanggung jawab
atas semua yang pernah kita ucapkan” Jawab Bos preman “Tapi saya hendak
bertanya kepada anda” Ucapnya lagi
“Silahkan hendak
tanya apa kau, akan ku jawab dengan jujur”
“Siapa sebenarnya kau
itu”
“Ikutlah denganku kau
akan mengtahui semua tengtangku”
“Benar?”
“Sungguh aku tak
berbohong”
“Baiklah”
“Besok aku akan
menunggumu di tempat dimana kau dan semua anak buah mu pertama kali bertemu
denganku bawalah beberapa baju karna kau harus berdiam diri di tempatku beberapa
hari seperti yang kau inginkan kau ingin mengetahui siapa aku bukan?” Tutur
pemilik mobil
“Baik kan ku ikuti
alur cerita yang kau ciptakan sendiri”
“Yasudalah aku pergi
dulu masih ada urusan pribadi di tempatku” Pamit nya
“Ya hati-hati di
jalan”
“Assalamualaikum”
Pamit sang pemilik mobil
“Waalaikumsalam” Ucap
para komplotan preman bersamaan
Pertarunganpun sudah
berakhir jawaban atas satu pertanyaan sudah terjawab sayang nya jawaban dari
soal pertama belum sempat juga terjawab jelas Eko sang Bos preman harus sabar
lagi menunggu jawaban siapa pria pemilik mobil itu tadi
Jalan nya waktu
begitu cepat sekali masih merasa baru saja dua kelopak mata ini terlelap kini
ia harus di paksa sadar lagi ingat akan perjanjian tadi malam akhirnya sang Bos
preman pun bangun dan beranjak dari tempat tidurnya untuk membasahi badan nya
agar lebih segar lagi
Setelah mandi dan
bersiap-siap sang Bos pun menelvonin semua anak buah nya untuk segera
bersiap-siap menempati janji dengan si pemilik mobil tersebut
“Hendak kemana kamu
nak?” Ucap wanita paruh baya
“Diam si tua, aku
pergi keluar kota sebentar”
“Bersama siapa kau
kesana?” Tanya nya lagi
“Diam gak usah banyak
tanya” Jawabnya santai “Aku pergi dulu”
Setelah berpamit dan
bermusyawarah kecil-kecilan tadi akhirnya memutuskan untuk berangkat bersama
untuk menuju tempat yang pertama kali kita bertemu
“Hei jadi berangkat
jam berapa” Ucap sang Bos preman
“Eh sudah datang
ternyata” Jawabnya “Sekarang juga tak masalah”
“Baik mari kita
jalan” Ucap Bos preman
Selama perjalanan
berlangsung tidak ada pembicaraan sama sekali semua penumpang yang ada di dalam
kendaraan fokus menelusuri jalanan
Hingga sampai dimana
yang sedari tadi menjadi pertanyaan Bos preman dalam fikirannya hendak di bawa
kemana ia dan teman-teman nya
“Baik silahkan turun”
Ucapnya “Itu rumah saya silahkan masuk”
Jelasnya lagi
Langkahan kaki para
komplotan preman itu melangkah dengan terpanah pandangan nya tak menyadari
bahwa pemilik mobil itu bukan orang biasa
“Maaf Bos ada yang
bisa saya bantu?” Ucap salah satu anak buah pemilik mobil
“Panggil lain nya
untuk membawakan barang-barang tamu baru kita ke kamar atas” Pintanya
“Baik Bos laksanakan”
“Silahkan duduk sini”
Ajak pemilik mobil “Ingin minum apa kalian?” tanya nya lagi
“Teh saja cukup” Jawab
Bos preman
“Yang lainnya?”
“Sama aja”
“Gak usah garing
kayak krupuk gini, anggap saja ini rumah kalian juga”
“Iya terima kasih”
setelah minum teh yang di hidangkan akhirnya para komplotan preman di antarkan
untuk beristirahat di kamar yang telah di sediakan
Waktu terus berputar
sudah satu hari mereka diam di rumah pemilik mobil itu
Masih dengan
pertanyaan yang belum menemukan jawabannya sang Bos preman tak tenang ia merasa
ada sesuatu yang ganjal di hatinya
Adzan dzhuhur
berkumandang undangan pertemuan atara sang semesta dengan ciptaan nya pun sudah
datang
Tok tok tok
“Bang hendak sholat
tidak?” tanya salah satu anak buah pemilik mobil, belum sempat di jawab oleh
Bos preman “Jika ia mari berjama’ah di mushollah ruang tengah Bos Billy yang
menjadi imamnya” ucapnya lagi dengan jelas
“Baik aku akan turun”
Jawab Bos preman asal-asalan
Sholat dzhuhur
berjama’ah pun sudah selesai baru saja akhirnya Bos preman memberanikan diri
untuk menagih janji nya kemarin
“Hei apa maksut mu
aku tak bisa memahami apa yang ada di fikiranmu” Ucapnya “Aku sudah mengikuti
semua mau mu dan sekrang jawab pertanyaan ku, siapa kau sebenarnya?” ucapnya
dengan jelas
“Baik akan ku
beritahu kepada mu tapi kau harus janji kepadaku jika kau sudah mengenaliku kau
tetap menjadi teman ku meski kau tak harus menjadi anggota keluarga baru ku”
“Baik akan ku ikuti”
“Tanyalah kepada
salah satu anggota keluarga disini yang melayani mu siapa aku sebenarnya” Jelas
pemilik mobil
Dengan rasa keinginan
tahunya yang begitu dalam akhirnya setelah mendapt izin untuk mencari
identitasnya siapa orang itu tanpa berfikir panjang Bos preman pun mencari
salah satu orang di rumah besar itu
“Bang boleh tanya
sebentar?” Tanya Bos preman kepada seorang pria yang hendak ke dapur tanpa sang
Bos preman ketahui bahwa yang di ajaknya bicara ialah orang yang dekat dengan
pemilik mobil itu bahkan bisa dibilang dia adalah tangan kanan nya
“Iya Bang ada apa
yah?” Jawab pria itu
“Sipa sih pria itu
sebenar nya?” Tanya sang Bos preman sembari menunjuk pria yang membaca
al-qur’an di ruang tengah
“Owh pria itu?” Tanya
nya kembali
“Iya”
“Itu Bang Billy anak
dari salah satu wali besar di kota ini,mungkin bisa di bilang ia penerusnya ia
sama dengan kita bisa di bilanglah anak nakal tapi di hidup nya ia mampu menata
tempat dan waktu dengan baik dia tahu diman tempat kita bermain dan kapan waktu
kita bermain waktu ibadah yah ibadah waktu main yah main dia sangat patuh sama
orang tua perempuannya sedikitpun ia tak pernah membentak nya itulah Bang Billy
saya dulu sama kayak Abang anak preman yang tak punya akal sehat memalaki
orang-orang di jalan untuk kebutuhan yang tak mempunyai penjelasan yang pasti
setelah bertemu dengan nya akhirnya saya baiat kepada nya”
“Apa baiat itu?”
“Sumpah setia saya
terhadap nya, saya sudah menganggapnya sebagai pemimpin saya, dan rasa baiat
itu ada karna kita mempunyai rasa cinta kita kepada pemimpin kita rasa patuh
kita terhadap pemimpin apa saja yang ia perintah kita lakukan dan apa saja yang
ia larang kita jahui sepertihalnya para sahabat dulu kepada nabi” Jelas nya
panjang lebar
“Bisakah kau
mengajariku untu baiat kepada nya”
“Tumbuhkan rasa cinta
mu saja terhadap nya kau akan tahu cara nya dengan sendiri nya” Ucap nya “ Dari
situlah saya merasa hidup saya tenang”
“Baiklah terimakasih”
“Iya sama-sama”
Balasnya sembari berlalu
Detik berganti menit
menit berganti jam jam berganti hari hari berganti minggu minggu berganti bulan
hingga tahunpun berganti musim rasa cinta terhadap pemimpin pun sudah bertumbuh
dengan pesat tanpa ada rasa mengeluh melakukan segala hal yang ia perintahkan
dan meninggalkan yang ia larangkan hingga tiba pada suatu waktu
“Hai Bos preman” Sapa
Bang Billy
“Iya ada apa Bang?”
Jawabku kikuk
“Biasa saja kita kan
teman jadi gak usah berlebihan” Tutur nya “Hendak pulang kapan?” Tanya nya lagi
“Kurang tahu Bang”
Jawabku
“Besok pagi aku antar
kau pulang, kasian ibu di rumah sendirian ia selalu memikirkan mu” Jelasnya
“Iya Bang” Jawabnya
“Nanti setelah sampai
rumah cium kaki ibu minta maaf sama ibu atas apa yang pernah kau lakukan
terhadapnya” Jelasnya lagi
“Iya Bang” Jawabnya
pasrah
“Yasudah kemasi
barang-barangm mu sekarang dan istirahatlah biar besok pagi subuhmu tak
kesiangan” Jelasnya lagi
“Iya bang” Jawaban
nya sembari menganggukan kepala
Surabaya pagi kicauan
burung yang berbaris rapi di batang pepohonan sudah menyambut dengan riang
begitu pula dengan kokokan ayam jago yang sangat bersemangat berteriak-teriak
untuk menyambut pagi. Entah rasa nya ada yang beda hari ini tak biasanya
seperti ini beitu terasa ringan sekali hari ini
“Ayo sudah siap?”
Tegur Bang Billy
“Sudah bang” Jawabku
singkat
“Mari kita berangkat”
Ajak nya “Ibu mu sudah menunggu di depan rumah mu” jelasnya lagi seakan-akan
Bang Billy tahu keberadaan ibu di rumah
Mobipun berlaju
dengan kecepatan normal di tengah-tengah perjalanan Bang Billy angkat bicara
“Hei Ko suatu kelak
kau akan tersenyum lebar akan kesuksesanmu yang diridhoi oleh irang tua mu guru
mu dan sang semsesta” Jelasnya
“Iya Bang makasih
atas doa nya” Jawabku
“Loh ini kenyataan
karna niat mu yang bersungguh-sungguh baiat kepadaku sebagai pemimpinmu dan
baiat mu terhadap orang tua mu karna rasa cinta yang baru saja kamu sadari anggap
saja kemarin kau menetap di rumah ku itu sebagai hotel yah” Jelasnya
Dan sampai saat ini
Eko masih belum mengetahui bahwasanya kemarin tempat yang ia tempati adalah
sebuah asrama untuk orang-orang yang menuntun dirinya sendiri terhadap neraka
dengan cepat
“Iya Bang” Jawabnya
pasrah
Tak terasa perjalanan
menuju ke rumah Eko pun sudah sampai
“Sudah sampai sana
ndang turun kasihan ibu nunggu kamu tiap hari berharap kamu pulang” Jelas Bang
Billy
“Iya Bang makasih
tumpangan nya” Jawab Eko
“Itu sudah menjadi
kewajiban” Tuturnya
“Mari Bang
assalamualaikum” Pamit Eko dulu Eko jika pergi kemana-mana tak pernah berucap
salam tapi sekarang tiak
“Waalaikum salam”
Jawabnya
Setelah beberapa
bulan kedepan kehidupan Eko mulai membaik entahlah sepertinya ucapan Bang Billy
kini menjadi kenyataan bahwa setelah ini Eko akan tersenyum lebar atas apa yang
ia lakukan dengan tujuan yang baik
Dan ketahuilah di
setiap keadaan itu semua tersimpan keutamaan yang tak pernah kita ketahui kapan
keutamaan tersebut terlihat dan terkadang apa yang menurut kita itu baik nyata
nya buruk dan terkadang pula yang menurut kita itu buruk nyata nya baik sang
semesta mengetahui sedangkan kita tidak hidup di dunia kita tak pernah punya
sedikitpun jaminan untuk hidup nyaman di waktu kapanpun dan dimanapun kita
berada
Bondo roso estune
estu tur demen
Siip
BalasHapus